Teror Si Ular

Suatu sore sedang hujan, dengan tidak sengaja aku melihat keluar lewat jendela dapur kontrakan rumah. Betapa terkejutnya aku melihat ada ular sebesar jari telunjuk namun tidak terlalu panjang jatuh persis di belakang rumah dari atas pohon rambutan yang berada di luar tembok rumahku. Dengan jelas aku melihat ular tersebut bergerak cepat kearah pintu dapur. Aku langsung menutup semua jendela dan memastikan bahwa tidak ada celah dibawah pintu. Selanjutnya aku ke depan bermain bersama anakku sambil berharap ular tersebut keluar dari pekarangan belakang yang tidak terlalu luas melalui celah atau lubang di tembok.

Setelah beberapa waktu, aku kembali kedapur. Aku langsung lemas melihat ularnya sudah berada di kaca nako dapur bergerak-gerak seperti sedang berusaha untuk masuk. Oh tidak..melihat ular dari jauh saja aku sudah takut, apalagi ularnya masuk ke rumah. Bisa pingsan aku. Lalu aku berlari kedepan, menggendong anakku dan keluar untuk mencari pertolongan. Sayangnya, tidak ada satu rumah pun yang terbuka, pada saat itu hujan sangat deras sehingga tidak memungkinkan untuk mengetuk dan memanggil mereka.

Aku kembali ke rumah, tapi hanya berdiri di teras karena takut kalau-kalau ularnya sudah masuk kerumah. Akupun menelpon suamiku, sambil menangis aku menceritakan apa yang sedang terjadi. Suamiku berusaha menenangkanku dan menyuruhku agar kembali ke dapur untuk memastikan ularnya masuk apa tidak.

Hah, masuk ke rumah?

Gimana kalau ularnya udah di dalam?

Aku ga berani. Sebelum ular itu mati, aku ga berani masuk. Kubilang pada suamiku dengan nada yang meninggi.

Ya udah, aku akan menelpon bapak kontrakan supaya beliau datang untuk mengecek. Kata suamiku

Tidak berapa lama si bapak datang membawa tongkat. Akupun mengikuti si bapak ke belakang rumah sambil menjelaskan kronologinya. Setiap sudut pekarangan belakang dicek tapi ularnya tidak terlihat. Dapur, kamar mandi sampai kamar tidur juga dicek karena aku menjelaskan bisa saja ularnya sudah masuk ke rumah lewat celah diantara kaca nako. Tapi ular tesebut tidak ada.

Mungkin ularnya sudah pergi dari atas, nanti kalau terlihat lagi telpon aja bapak ya. Kata si bapak.

Oke pak, Sahutku.

Sepulangnya si bapak, pikiranku masih dihantui keberadaan ular tersebut. Benarkah ularnya sudah pergi, bagaimana kalau ularnya berhasil masuk ke rumah dan saat ini sedang sembunyi entah dimana. Bagaimana kalau kami sedang tidur tiba-tiba ularnya merayap di atas tubuh kami. Bermacam pemikiran horror berkumpul dipikiranku. Sampai suamiku pulang, dan anakku mendekam dalam kamar saja. Tidak mandi dan tidak makan. Sepulangnya suamiku dari kantor, aku langsung meminta dia sweeping dan memastiakan bahwa rumah kami steril dari ular. Jujur, besoknya pikiranku masih saja dihantui oleh keberadaan ular tersebut. Setiap kali tanganku tersentuh suatu benda aku langsung histeris seolah-olah ada ular kobra yang sedang mencolek aku.


Beberapa hari setelah kejadian tersebut dan mengingat kembali rasanya memang terlalu lebay ketakutanku terhadap ular. Entah karena apa, padahal aku tidak punya riwayat digigit ular. Semoga saja ular tersebut tidak berkunjung lagi ke pekarangan belakang rumahku. 

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason