Posts

Showing posts from 2021

Mengecap Sejarah Dari Kacamata Anak-anak

Image
  Aku baru tahu nama Nh. Dini. Bukan bermaksud meratapi masa lalu tapi itulah faktanya, aku bisa lulus dari SMA tanpa menyimpan nama Nh. Dini dalam kenangan. Ya. Aku terlalu banyak berurusan dengan matematika, fisika, kimia dan kurang bergelut dengan sastra. Jadi wajar saja aku lebih ingat nama Martin Kangenan ketimbang Nh. Dini. Novel karya Nh. Dini yang pertama kubaca adalah Padang Ilalang di Belakang Rumah (2009) . Buku ini pula masuk dalam  rekomendasi CMid sebagai bahan bacaan Sastra untuk kelas 3 SD. Ini adalah salah satu dari empat novel seri Cerita Kenangan. Dini hidup di masa peralihan pendudukan Belanda ke Jepang. Bagi mereka, Jepang hadir sebagai penyelamat, pengertian yang berasal dari propagada Jepang dengan semboyan, “Kemakmuran bersama Asia Timur Raya.” Hidup yang semakin sulit di masa pendudukan Jepang tidak menyurutkan masyarakat mendukung pemerintahan Jepang berharap agar kehidupan semakin baik. Kenyataan lama-lama dipahami. Baik Belanda maupun Jepang adalah sama

Haruskah Belajar Lama-lama Biar Pintar?

Yang kupahami dulu, agar menjadi pintar itu ya mesti banyak-banyak belajar. Itu juga lah yang dipahami guru-guruku sepertinya. Makanya setiap hari pasti ada PR. Terutama pelajaran yang butuh latihan berulang-ulang supaya paham seperti matematika, fisika & kimia. Kalau besoknya ada ketiga pelajaran tersebut, pastilah aku begadang. Udahlah belajar dari pagi sampai siang, les lagi dari siang sampai sore lalu malamnya mengerjakan PR. Waktu habis hanya berkutat di pelajaran sekolah. Charlotte  Mason (CM) mengusung suatu metode pendidikan yang berbeda. Bukan sekadar teori, metode ini sudah dipraktikkan berpuluh tahun dan berhasil mengangkat anak-anak dari kelas bawah menjadi kaum intelek yang berbudi luhur. Keberhasilannya tidak terletak pada durasi belajar anak yang panjang, bukan juga pada kehebatan guru-guru ber-IQ tinggi, kharismatik atau menyenangkan. Tidak!   Lalu apa rahasia keberhasilan metode ini? CM seorang guru dengan masa kecil berteman dengan buku. Dia senang menga

Kenyang Tapi Kerdil, Trus Kita Harus Bagaimana?

Image
Sekarang ini informasi bukanlah hal yang langka. Setiap detik kita dibanjiri informasi dari berbagai media. Bermacam-macam jenisnya. Ada yang memang secara sadar kita pilih dan ada juga hadir secara acak sesuai algoritma aplikasi yang kita pakai.  Malah di masa pandemi ini arus informasi rasanya semakin kencang. Di satu sisi bermacam layanan hadir dalam bentuk online sehingga bisa diakses dengan mudah. Di sisi lain, pandemi membuat kita banyak mengalokasikan waktu mengakses internet.  Aku teringat pada kisah masa lalu yang diceritakan dalam novel-novel Laura Ingalls Wilder. Masa itu berlangsung lebih dari seratus tahun yang lalu. Informasi beredar sebatas lewat surat kabar yang diantar dari rumah ke rumah. Saling berkabar antar teman harus bikin surat dulu yang butuh berhari-hari baru tiba. Mau dengar khotbah pendeta musti menunggu hari Minggu, itupun hanya sekali ibadah.  Saat ini dalam hitungan detik kita sudah bisa saling memberi kabar, bercakap-cakap bahkan ketawa-ketawa saling men

Jejak-Jejak di Gunung Sibayak

Image
Seorang pendaki profesional, Reinhold Messner yang telah melakukan pendakian ke berbagai puncak tertinggi di dunia mengungkapkan bahwa tujuan utamanya mendaki bukan untuk menikmati alam tapi mempertemukan dirinya berhadapan dengan gunung itu sendiri, menguji seberapa kuat dirinya menaklukkan ketinggian gunung. Dengan idealismenya, Reinhold pernah dan berhasil mendaki puncak Everest tanpa bantuan tabung oksigen. Reinhold punya kisah pendakian, kami juga punya kisah pendakian.   Pendakian yang tak seberapa jika dibandingkan Reinhold tapi pengalaman yang pertama dan luar biasa bagi kami. Ketinggian gunung Sibayak kurang lebih 2.200 m. Ini tentu diukur dari permukaan laut. Mobil dari Medan terus merangkang naik menuju Brastagi, entah sudah berapa meter itu ketinggiannya. Dari Brastagi, kami masih menggunakan mobil menuju pos jaga. Di situ mobil di parkir, tiket masuk untuk empat orang ditambah uang parkir Rp 60.000 dibayarkan ke petugas. Ada buku tamu yang mesti diisi juga. Jadi pendak

Bersikap Bodo Amat

Suamiku sudah siap pergi ke kantor. Hari ini libur sebetulnya tapi dia punya jadwal mengajar. Dia memilih kaos olahraga berbahan polyester berpadu dengan celana jeans. Kupikir kaos itu hanya akan dipakai di rumah atau bepergian, bukan untuk acara formal apalagi ke kantor. Jadi  aku tidak menyetrikanya, kulipat saja dan kutaruh di tumpukan baju-bajunya. "Loh, pake kaos ini. Tapi ini gak disetrika loo." "Gak apa-apa, paling juga orang bilang. Ishhh, bajunya keriting. Cemana ini istrinya."  "Ya udahlah. Aku udah bangun tembok kok di mukaku jadi bodo amat. Hidup ini makin tenang loh kalau bisa cuek. Hahahaha" Suamiku menimpali lagi, "Ngapain sibuk mikirin apa kata orang. Inilah yang membuat hidup banyak orang berhuru-hara. Terlalu sibuk mengurusi apa kata orang." Pembicaraan kami di suatu pagi yang semakin menguatkanku untuk tidak usah menyetrika pakaian kecuali pakaian kerja suami. :P Memang belakangan aku merasa hidupku semakin mudah dengan tidak t

Bukit Lawang dan Berbagai Pikiran Acak Yang hadir

Image
Bukit Lawang tidak jauh dari Medan. Kami menempuh perjalanan sekitar 3 jam melewati kota Binjai. Kondisi jalan lumayan oke. Ada beberapa bagian yang berlobang-lobang terutama di jalan lintas Aceh-Medan.  Ini kali pertama kami ke Bukit Lawang. Kabar banjir bandang sekitar 17 tahun yang lalu membuatku agak takut kesana. Kejadian buruk memang begitu kuat melekat membentuk cerita mental seakan-akan tempat tersebut selalu dilanda banjir bandang, padahal kejadiannya hanya sekali dan itu sudah belasan tahun yang lalu. Mirip dengan kondisi sekarang. Berita terus menerus mengabarkan korban covid yang akhirnya membentuk cerita mental kalau kena covid bakalan meninggal.  Cerita mental ini mengaburkan realitas yang sesungguhnya. Kesempatan yang tak terduga membuatku sampai juga di Bukit Lawang. Menyaksikan tempat ini, cerita mentalku otomatis berubah.  Hotel tempat kami menginap berada di seberang sungai, terhubung oleh jembatan gantung. Ketika melintas pemandangan sungai terbentang di bawah. Alir