Bermain Pasir di Pantai Mirota Batam dan Makan Seafood di Kelong Jembatan 2

Minggu lalu kami sekeluarga ke Batam untuk urusan keluarga. Urusannya memang hanya sebentar tapi kami sengaja menyediakan waktu 3 hari karena ada banyak hal yang bisa dilakukan disana. Kami berangkat hari jumat subuh (tepatnya pukul 5.00) dari Medan menumpang taksi Blue Bird. Karena masih subuh, jalanan sangat lempang jadi waktu tempuh Medan ke Bandara Kualanamu hanya 35 Menit. Pukul 5.35 kami sudah berada di bandara sedangkan boarding pukul 7.10. Jadi kami masih punya banyak waktu untuk bersantai sambil sarapan di lounge.
Persis di sebelah lounge ada play ground. Dari awal kami masuk lounge, Etha sudah minta main kesana, alhasil kami bergantian sarapan dan menemani Etha main di play ground. Sekarang sudah ada juga rest area yang berlokasi tidak jauh dari play ground tersebut. Tempatnya cukup menyenangkan untuk bersantai. Kami sempatkan dong untuk berfoto.

Penerbangannya cukup nyaman walaupun ketika take off dan landing Etha sedikit rewel. Kamipun tiba di Batam dan langsung menyelesaikan urusan yang sebentar itu. Lalu makan siang di Nagoya Hill. Setelah makan kami pulang ke rumah kakak ipar dan menginap disana. Keesokan harinya, pagi-pagi saling bertanya hari ini mau ngapain. Kakak ipar mengajak main air di waterboom mall dekat rumah tapi bapak Etha bilang, ngapain ke batam kalau mau main di waterboom? Di Medan juga banyak. Iya juga ya, hahahah. Setelah berdiskusi akhirnya diputuskan ke pantai Mirota.

Ada 6 jembatan yang menghubungkan pulau-pulau kecil di Batam yang dikenal dengan Jembatan Barelang. Barelang adalah singkatan dari 3 pulang yang saling terhubung yakni Batam, Rempang dan Galang sedangkan tiga pulau lain yakni Tonton, Nipah dan Galang Baru.  Pantai Mirota berada di antara Jembatan 5 dan 6. Tidak jauh dari jembatan 5 ada sign board di sebelah kanan bertuliskan Pantai Mirota. Jarak dari jalan utama ke pantai sekitar 500 m dengan kondisi jalan tanah nan gersang.

Kami tiba sekitar pukul 10.00, matahari sudah cukup terik tapi tidak perlu kuatir kepanasan karena ada banyak pohon di tepi pantai. Pasirnya lumayan lembut dan bersih, airnya jernih pada awalnya namun semakin keruh menjelang siang diikuti ombak yang semakin besar dan pengunjung juga makin ramai. Jadi disarankan datang pagi-pagi jika ingin menikmati ketenangan pantai.

Datang ke tempat ini sebaiknya membawa perbekalan makanan karena tidak banyak makanan yang bisa dibeli. Pada saat kami berkunjung hanya ada pedagang mie ayam dan es krim keliling. Padahal kami tiba dengan kondisi perut keroncongan. Makanan yang kami bawa hanyalah makan kecil, alhasil mie ayam yang disajikan dalam mangkuk streofoam pun ludes dalam sekejap. Semangkuknya dihargai Rp 15.000 dengan kuantitas dan kualitas paspasan. Rasa menyesal karena tidak menyiapkan perbekalan yang cukuppun mengeruak melihat serombongan ibu-ibu membawa container plastic berisi bermacam makanan. Ah, untuk berikutnya perjalanan wisata seperti ini harus dipersiapan lebih baik paling tidak untuk urusan perut.   


Setelah makan mie ayam, kamipun mulai bermain pasir. Dari rumah saya memang sudah berencana untuk tidak berenang di pantai dengan alasan yang lazim bagi perempuan, takut tanning. Jadi saya hanya bermain pasir dengan Etha, juru foto dan juru jaga barang-barang yang terletak di bawah pohon. Sedangkan bapak Etha puas berenang sambil diombang-ambingkan ombak yang katanya seperti dipijat-pijat. Sensasinya sangat berbeda dbandingkan dengan ombak buatan di water park Hairos Medan yang munculnya hanya sekali dalam sehari selama 15 menit. Memang ciptaan Tuhan tidak bisa disandingkan dengan ciptaan manusia.

Selama ini Etha cukup senang bermain air baik di rumah maupun kolam renang tapi ternyata tidak dengan pantai. Dia takut melihat ombak yang bergulung-gulung. Setiap kali dibawa mendekati air dia menangis. Malahan dia lebih tertarik melihat gukguk (anjing) yang sedang bermain dengan pemiliknya di pantai.Ya sudahlah, mungkin lain waktu dia akan lebih akrab dengan ombak. Jadi kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain pasir dan memperhatikan si gukguk yang asik bermain. Ada juga banana boat yang bisa disewa jika anda datang dengan rombongan.

Sekitar pukul 12.00 kamipun bergegas pulang. Kami sempatkan menyusuri bagian pantai yang lain. Ternyata ada beberapa bangunan yang sepertinya difungsikan untuk penginapan. Bangunannya bertingkat dua, dilengkapi AC.   
Penginapan di Pantai Mirota

Hal yang saya sukai selama perjalanan ke pantai ini adalah jalannya yang mulus dan lebar. Di kiri dan kanan tersaji pemandangan bukit-bukit kecil. Ada yang ditanami pisang, buah naga, ubi kayu dan sebagainya. Namun ada juga yang hanya ditumbuhi semak-belukar. Tanah yang tidak dimanfaatkan sebagai lahan pertanian biasanya milik perusahaan tertentu. Saya mengetahuinya dari plang yang ditancapkan di atas tanah tersebut. Lima tahun yang lalu saya pernah berkunjung ke tempat ini. Ada banyak buah naga yang dijajakan di pinggir jalan. Entah mengapa sekarang sudah jarang. Saya melihat hanya ada satu kios yang menjual buah naga di dekat jembatan 1. 

Untuk mengisi perut yang sudah keroncongan kamipun mampir di restoran seafood Kelong Jembatan 2. Ada banyak restoran seafood di sepanjang jalan sebenarnya tapi kami memilih yang di jembatan 2 karena berdasarkan informasi yang kami googling, restoran ini termasuk yang terbaik di Batam. Yang menarik di restoran ini adalah suasananya yang terapung diatas laut, ikan dan hidangan seafood lainnya masih dalam kondisi hidup sebelum diolah, dan ada banyak variasi menunya. Namun jika berniat bersantap di restoran ini bersiaplah merogoh kocek yang dalam dan sebaiknya tidak dalam kondisi lapar karena pesanannya cukup lama datang. Ikan kerapu seberat 7 ons yang dimasak kari baru hadir setelah satu jam menunggu. Syukurnya rasa makanannya tidak mengecewakan. 
Ikan Kerapu di Restoran Kelong Jembatan 2
Cerita ini hanyalah sebagai bentuk curahan pengalaman yang mungkin akan cepat terlupa jika hanya disimpan dalam ingatan. Ketika pengalaman demi pengalaman dituliskan, bukan hanya informasi yang terekam tapi juga setiap rasa yang ada di dalamnya yang akan datang kembali ketika tulisan itu dibaca kembali. So, don't stop writing, Eva ! :)



Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason