Mother Culture Lebih Dari Sekedar Me Time

Aku besar di kampung jadi sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, menyetrika dll dari usia SD hingga dewasa. Tapi aku belum pernah begitu rutinnya melakukan itu semua seorang diri selain ketika menjadi seorang ibu ditambah lagi mengurus anak tentunya. Hari-hariku kini diisi oleh kesibukan yang itu lagi itu lagi. Pekerjaan yang tak kunjung beres. Bukan..bukan..maksudku rumahku kini kinclong dan tertata rapi ala selebgram itu. Itulah, sudalah aku merasa sibuk senantiasa kondisi rumahku pun tak mantap-mantap kali. Hahaha.

Sudah sewajarnya ibu-ibu yang mendedikasikan hidupnya sebagai ibu rumah tangga bahkan ibu bekerja pun yang juga harus mengemban tugas mengurus anak dan tugas domestik mendambakan adanya waktu luang sebentar saja dimana ia bebas melakukan apa yang ia sukai. Istilah zaman sekarang me time. Ini bisa dalam bentuk apa saja; nonton drakor, medsos-an, ke salon, hang out dengan teman, dsb. Intinya lepas dari anak-anak dan dari urusan sumur, kasur dan dapur. Momen yang diharapkan mampu menyegarkan dan menjaga kewarasan sorang ibu.

Namun, apakah itu yang benar-benar dibutuhkan seorang ibu agar mampu tetap tegak dalam semua kondisi sehingga mampu menjalankan perannya sebagai seorang ibu, istri dan dirinya sendiri?

Oh iya! Ini yang yang menjadi kunci penting : menjalankan peran sebagai dirinya sendiri, sebagai seorang pribadi.

Seorang wanita yang sudah menikah dan mempunyai anak seringkali terfokus hanya pada perannya sebagai seorang ibu dan istri. Semua waktu didedikasikan untuk melayani anak dan suami. Hari-harinya hanya memberi, berkorban dan bekerja bagi kepentingan di luar dirinya. Lupa bahwa dia adalah seorang manusia yang butuh perhatian. 

Perhatian terbaik bagi seorang manusia adalah dengan mengerti dan memenuhi setiap kebutuhannya. Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Adakah seorang ibu dengan seksama memperhatikan kebutuhan tubuh dan jiwanya? Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, begitu kata ungkapan populer. Tubuh dan jiwa satu kesatuan, tidak dapat dipisahkan selama kita masih hidup. 

Makanan bernutrisi, air minum yang cukup, olahraga teratur, sinar matahari pagi dan istirahat adalah hal-hal yang musti dipenuhi agar tubuh tetap bugar. Di antara tumpukan tugas-tugas harian, perlu bagi ibu untuk meluangkan waktu agar semua ini terpenuhi.

Makanan terbaik bagi jiwa adalah ide. Agar jiwa seorang ibu bertumbuh, ide-ide harus senantiasa disuplai. Suplai ide adalah dari buku yang bermutu. Bukan sekedar membaca status di medsos atau berita gosip. Ya itu benar adalah ide. Tapi ide yang seperti itu tidak menumbuhkan jiwa. Meluangkan waktu 5-10 menit perhari untuk membaca buku bermutu cukuplah bagi seorang ibu agar jiwanya terus tergugah untuk berefleksi dan memperbaiki diri.

Bayangkan andai seorang ibu dimana anak-anaknya setiap hari belajar, suaminya setiap hari menggarap pekerjaan sehingga keahlian dan wawasannya terus bertambah. Anak-anak dan suami akan terus berkembang sedangkan ibu jauh tertinggal di belakang. Tentu ini bukan tentang persaingan antar anggota keluarga dimana semua saling berlomba menjadi yang terdepan. Tapi ini tentang menjadi diri sendiri, menjadi pribadi seutuhnya yang perlu tumbuh dan berkembang.

Bertumbuh adalah proses yang berjalan terus hingga akhir hayat. Lalu dari mana kita mengetahui bahwa kita sedang bertumbuh atau sedang berhenti bertumbuh? Aku membandingkannya dengan tanaman. Sebuah tanaman yang bertumbuh terlihat dari pertambahan batangnya, daun-daunnya hijau, tak lama muncul bunga, bunga menjadi buah, buah pun ranum lalu dipetik. Seorang manusia yang bertumbuh juga demikian. Dari tubuhnya terlihat dia bugar (tidak sakit-sakitan), karakternya semakin hari semakin baik, dari dirinya terlahir karya yang bermanfaat bagi sesama dan tentu saja dia menjadi pribadi yang bahagia karena dia tahu untuk apa dia hidup di dunia ini. 

Bukankah hal ini sungguh patut diperjuangkan dengan memiliki Mother Culture?

(Narasi Podcast CMid Episode #26 Mother Culture)

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason