Hypnoparenting (menjadi orang tua efektf dengan hipnosis) by Ariesandi Setyono

Hal pertama yang terlintas dalam pikiran saya mendengar kata Hipnosis adalah membuat orang lain tidak sadar lalu orang tersebut dapat dikendalikan oleh yang meng-hipnosis. Lalu bagaimana hal seperti ini bisa diterapkan dalam dunia parenting??.

Setelah membaca keseluruhan buku ini ternyata yang dimaksud dengan hypnoparenting bukanlah seperti yang saya pikir diawal. Dengan sangat sederhana Ariesandi Setyono menjelaskan tentang hypnoparenting. Contoh-contoh yang sering terjadi di sekitar kita juga turut disajikan sehingga semakin mudah memahaminya.


Dalam buku ini dijelaskan bahwa hypoparenting adalah suatu ilmu yang menggabungkan pengetahuan tentang mendidik dan membesarkan anak dengan pengetahuan hipnosis. Hipnosis sendiri adalah proses penurunan kondisi kesadaran. Keadaan terhipnosis kita alamai minimal 2 kali sehari yaitu pada waktu akan tidur dan pada waktu akan bangun. Atau kondisi antara mata terbuka dan tidur nyenyak. Secara ilmiah, penjelasan hipnosis berkaitan dengan gelombang otak. Ada 4 macam gelombang otak yang sering dibicarakan hingga saat ini, yaitu;
- gelombang delta, kisaran frekuensi 0,1 Hz-4 Hz (kita alami saat tidur nyenyak tanpa mimpi)
- gelombang theta, kisaran frekuensi 4 Hz-8 Hz (pada kondisi inilahide-ide kreatif dan inspiratif muncul, dalam kondisi ini informasi yang diterima otak akan langsung menjangkau bawah sadar dan tersimpan dalam memori jangka panjang)
- gelombang alpha, kisaran frekuensi 8 Hz-12 Hz (pikiran hanya terfokus pada satu hal, misalnya ketika berdoa khusuk)
- gelombang beta, kisaran frekuensi > 12 Hz (kondisi sadar)

Kondisi hipnosis tercapai saat gelombang otak berada dikisaran alpha dan tetha.

Lalu apa hubungan kondisi hipnosis dengan membesarkan anak? Ternyata dari penelitian, anak-anak dominan beroperasi di wilayah gelombang otak theta dan alpha atau disebut juga fase "pikiran pra-kritis". Informasi diserap dan diintegrasikan tanpa pertanyaan. Apapun yang dilihat, didengar dan dirasakan langung masuk dan mengendap dipikiran bawah sadar. Anak sangat sugestif terhadap apa pun. Ketika anak memasuki usia 8 tahun terbentuklah fase pikiran kristis. Fase ini berkaitan erat dengan program dasar yang telah ditanamkan sebelumnya. Jika program dasarnya bagus maka hasilnya akan bagus, jika program dasarnya jelek maka hasilnya akan jelek.  

Sebagai orang tua pastinya menginginkan anak-anak kita memiliki program dasar yang bagus sehingga nantinya ia tumbuh menjadi orang dewasa yang sukses. Lalu bagaimana caranya memprogram anak dengan program yang bagus?

Nah, ternyata hal ini bukanlah perkara yang mudah. Ini membutuhkan kesadaran penuh dari orang tua baik ayah maupun ibu juga orang-orang disekitar anak tersebut seperti kakek, nenek, pengasuh dsb. Kesadaran dalam merespon dan memperlakukan anak. Respon kita dapat berupa kata-kata, mimik wajah dan tindakan. Setiap respon yang kita berikan haruslah selalu positif sehingga yang masuk ke pikiran bawah sadar adalah hal-hal yang postif.

Jika anak sering disalahkan, secara bawah sadar ia akan belajar untuk mengkritik dan mengutuk segala sesuatu. Jika banyak dicemooh dan diejek, ia akan belajar menjadi seorang yang pemalu. Jika banyak mengalami ketakutan, ia akan belajar untuk menjadi pencemas dan selalu kwatir tentang kehidupan.
 
Tetapi sebaliknya, jika anak sering dipuji maka ia akan belajar menhargai dan menghormati. Jika selalu didukung untuk melakukan sesuatu, ia belajar untuk menyukai diri sendiri dan akhirnya mengembangkan rasa percaya diri dan harga dirinya.

Jadi setiap tindakan kita terhadap anak akan membentuk sikap dan kebiasaan mereka ketika beranjak remaja dan dewasa.

Ada banyak contoh-contoh yang diberikan untuk lebih memudahkan pembaca memahami isi buku ini. Jadi buku ini sangat bagus dan recommended bagi kita orang tua yang rindu belajar untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita.


Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason