Anakku Berharga

"Selamat ya, udah tambah kaya kalian", ucap seseorang pada kami pada saat kelahiran anak kedua.
Kaya apa ini?
Harusnya tambah anak tambah pengeluaran ya.
Tapi ada yang bilang, banyak anak banyak rejeki. Ada benarnya juga sih. Belum lama setelah anak kedua lahir, suami pulang kantor bawa amplop berisi Surat Keren (SK) yang membuat hidungku kembang kempis. :P

Tapi lebih dari itu, aku memahami maksudnya bukan kaya materi tapi kekayaan yang tak ternilai oleh uang.

Marhoi hoi pe au inang da, tu dolok tu toruan. Mangalului ngolu ngolu na boi parbodarian. Asal ma sahat gellengki da sai sahat tu tujuan. Anakhonki do hamoraon di au.

Lagu Batak yang menceritakan kerelaan orang tua bersusah payah mencari uang demi menyekolahkan anaknya karena anaknya sangat berharga.

Bukan cuma di suku Batak sih ya, anak adalah harta yang sangat berharga. Demi apa coba rela kerja keras  dari pagi sampai malam? Ya tentu saja biar semua kebutuhan anak terpenuhi. Bikin asuransi pendidikan biar kelak bisa sekolah tinggi-tinggi. Bikin asuransi kesehatan biar pas sakit langsung dapat perawatan terbaik. Sandang,pangan dan papan tersedia biar anak tumbuh sehat dan hidup nyaman.

Namun, ada hal lain yang kadang terabaikan kala kita sebagai orang tua sibuk untuk mencukupi hal-hal di atas.

Apa itu? Anak itu sendiri.

Karena masih kecil sering kali anak-anak dianggap bukan sebagai pribadi yang utuh yang punya perasaan, keinginan dan pemikirannya sendiri.

Kala anak menangis dan rewel sering kali kita langsung meredam dengan sogokan maupun ancaman tanpa berusaha memahami apa yang sedang diinginkannya.

"Udah ya sayang, diam ya, nanti kita beli es krim."

Iya kalau es krimnya betulan dibelikan. Sering kali kan cuma PHP. Masih anak-anak kok, gak apa-apa dibohongin.

Kita ingin membahagiakan anak dengan membelikannya macam-macam mainan. Tapi sebanyak apapun mainannya, dia butuh teman bermain. Dan terman bermain paling asyik baginya ya orang tuanya. Ini yang sering terabaikan dengan dalih tubuh sudah letih dan ingin istirahat.

Anak-anak itu makhluk paling kepo seantero jagad ini. Pertanyaannya macam-macam. Mulai dari sesederhana "bajuku ini dibeli dimana" hingga ke yang membuat pusing seperti "kok bisa adek keluar dari perut mama".

"Udahlah, banyak kali pertanyaanmu. Nanti kalau kau udah besar taunya kau itu"

Ayooo, sering gak jawab seperti ini ke anaknya yang lagi bawel-bawelnya?

Padahal anak-anak itu bukan hanya butuh jawaban untuk memuaskan pemikirannya tapi respek dari kita juga. Duduklah di sebelahnya lalu jelaskanlah sesuai dengan porsinya.

Tubuhnya memang masih kecil dan lemah tapi anak-anak yang saat ini dipercayakan kepada kita adalah manusia utuh sama seperti orang dewasa yang punya emosi dan pemikiran. Dia butuh didengar, dipahami, ditemani, dipeluk, dicintai setulus hati.

Jika anak adalah harta yang paling berharga maka sudah sepatutnya mendengarkan dia lebih penting daripada mendengar obrolan politik di tv yang itu-itu saja. Bermain dengannya lebih seru daripada game online di hape. Ngobrol bersamanya lebih utama daripada membalasi chat di WAG yang gak ada habisnya.

Sudah seharusnya orang tua bekerja keras mencari uang agar kebutuhan anak-anaknya akan materi terpenuhi. Namun, jika anak adalah kekayaan yang tak ternilai oleh materi bukankah naif jika kita memenuhi kebutuhan materinya saja. Jika kita rela marhoi hoi demi memberi raganya makan maka harus rela juga marhoi hoi demi kebutuhan jiwanya.


Dari seorang mamak yang sedang belajar menjadi orang tua yang baik.


Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason