Lima Bulan Tanpa TV

Sejak lima bulan yang lalu, tepatnya mulai 21 April 2016 kami memutuskan "No TV" bagi Etha. Artinya saya ataupun bapaknya tidak boleh menonton TV kecuali Etha sedang tidur. Saya dengan tidak sengaja membaca postingan teman di instagram tentang bolehkah bayi menonton TV? Dikatakan di artikel tersebut, bayi belajar melalui gerakan dan eksplorasi langsung, bukan pengamatan pasif. Makanya lebih baik bayi diberikan stimulasi langsung oleh orang tua atau pengasuhnya ketimbang dibiarkan pasif menonton TV. Setelah membaca artikel tersebut, saya meneruskan ke suami dan menyarankan program No TV bagi Etha, dia langsung menjawab OK.Sejak itu kamipun mulai puasa TV. Acara favorit saya yakni OK Jek di Net, Kick Andy dan Mata Najwa di Metro TV kini tidak lagi bisa diikuti. Namun ketika weekend bapak Etha meminta kelonggaran untuk boleh menonton tayangan bola dan MotoGP dan sesekali memutar film. 

Ada banyak manfaat yang saya lihat sejauh ini. Bukan hanya untuk Etha tapi juga saya pribadi. Sekarang Etha 19 bulan, sudah banyak kosakata yang bisa diucapakan dengan jelas, bisa memahami apa yang kami ucapakan, mulai bisa mengikuti lagu-lagu sekolah minggu, menunjuk bagian-bagian tubuh dan senang membolak-balik buku. Karena tidak menonton, kamipun memiliki banyak waktu untuk membaca buku. Ketika Etha sibuk membongkar kotak bukunya, saya menyempatkan membaca buku, walau hanya sebentar. Terkadang ketika membolak-balik bukunya dia menyebutkan kata-kata yang entah apa artinya seolah-oleh dia sedang membaca buku. Mungkin ingin menirukan saya yang sering membaca bersuara. Semoga ini bisa membuat Etha senang membaca buku kelak. 

Saat ini, setelah lima bulan berlalu saya menjadi terbiasa tidak menonton TV malah jadi tidak suka menonton TV. Pernah, setelah Etha tidur malam hari, sambil menunggu si bapak pulang saya menghidupkan TV. Ingin menikmati kembali sinetron OK Jek ataupun berita.Yang saya rasakan malah tontonan tersebut tidak menyenangkan lagi, akhirnya saya lebih memilih membaca buku atau ber-internet. Saya pernah mengusulkan ke suami agar TVnya dijual saja karena toh sangat jarang digunakan, tapi dia belum setuju. Memang sih, si bapak sangat-sangat suka menonton terutama acara olah raga dan film.

Saya punya keinginan bukan hanya mengurangi konsumsi TV tapi juga konsumsi internet terutama media sosial (facebook). Banyak waktu saya terbuang percuma hanya untuk mengamati timeline facebook yang isinya tidak terlalu berguna bagi saya. Lebih baik waktu tersebut dipakai untuk membaca buku dan menulis. Saya sudah sering komit dalam hati tapi selalu gagal. Setiap ada waktu senggang, otak ini seperti sudah diprogram untuk membuka facebook. Pernah terpikir untuk tidak menggunakan smart phone tapi bagaimana saya berjualan online tanpa smart phone. Jika kami bisa menjalani hari-hari tanpa TV selama lima bulan, tentu dengan niat yang kuat bisa juga menjalani hari-hari ke depan tanpa facebook. Aminnnn. 


Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason