My Breastfeeding Experience


Saya bukanlah pakar ASI. Saya hanya ingin berbagi pengalaman pribadi bagaimana saya memulai peran sebagai ibu dimana salah satu tugasnya adalah menyusui.

Dari literatur yang saya baca, bayi 0-6 bulan hanya boleh diberi ASI dan/atau susu formula. Tidak boleh ada makanan tambahan seperti air putih, madu dsb. Dibandingkan dengan susu formula tentu ASI jauh lebih baik, logikanya sederhana saja. ASI diproduksi secara alami oleh tubuh ibu sedangkan susu formula adalah hasil racikan manusia dan diproduksi di pabrik. Pastinya yang alami jauh lebih baik.  Hal ini membuat saya bertekad untuk hanya memberikan ASI selama 6 bulan dan dilanjutkan lagi sampai anak berumur 2 tahun.

Keinginan tersebut akhirnya terwujud. Bayi saya lahir tanggal 3 Maret 2015 secara normal dengan berat 3370 gr dan panjang 50 cm. Sejak lahir hingga hari ini anak saya hanya mengkonsumsi ASI.

Berikut tahapan menyusui yang saya alami;
  • 3 Maret 2015 Pukul 7.43 bayi saya lahir dan langsung di letakkan di dada saya lebih kurang 5 menit. Pihak rumah sakit menyebutnya IMD (Inisiasi Menyusui Dini) tapi saya tidak setuju ini disebut IMD karena IMD yang saya tahu adalah membiarkan bayi mencari putting ibunya dimana waktu yang diperlukan paling tidak 1 jam. Untuk hal ini saya tidak terlalu protes karena pada saat itu dokter memberi saya obat tidur untuk melakukan proses jahit menjahit.
  • 3 Maret 2015 sekitar pukul 10.00 saya masuk ke ruang inap dengan kondisi belum diperbolehkan duduk sampai pukul 02.00 sore. Tidak berapa lama kemudian, suster datang membawa bayi saya dan membaringkan di box bayi yang tersedia. Jadi rumah sakit tersebut menerapkan rooming in atau bayi berada di ruangan yang sama dengan ibunya. Hal ini memungkinkan ibu menyusui kapan saja. Saya belum mencoba menyusui karena belum boleh duduk.
  • 3 Maret 2015 sekitar pukul 04.00 sore suster  masuk ke ruangan dan mengingatkan untuk menyusui. Karena saya belum tahu bagaimana caranya, suster tersebut membimbing. Percobaan pertama tidaklah memuaskan karena anak saya susah untuk menghisap dan saya juga susah untuk menemukan posisi yang enak. ASI saya juga sepertinya tidak ada yang keluar. Tapi saya tidak menyerah, saya terus mencoba dan setiap suster yang masuk juga selalu mengingatkan untuk belajar menyusui.
  • 4 Maret 2015 hari kedua setelah melahirkan usaha untuk menyusui tetap saya lakukan. Anak saya mulai lama menempel dan menghisap. Tapi malam harinya anak saya sering menangis dan tangisannya sangat keras. Saya bingung harus bagaimana. Suster bilang kalau anak saya haus padahal saya sudah sering menyusuinya. Dengan kondisi infus yang masih tersambung dan juga keteter, saya harus bolak balik bangun untuk menyusui bahkan mencoba posisi berbaring agar saya tidak terlalu banyak bergerak sampai-sampai bagian tangan yang diinfuspun bengkak. Kelelahan menjadi seorang ibu mulai terasa tapi hal itu tidak membuat semangat untuk menyusui surut.
  • 5 Maret 2015 proses menyusui terus berlanjut dan semakin lancar. Anak saya semakin pintar menghisap dan produksi ASI saya juga semakin banyak. Karena sorenya kami akan pulang, suster memberikan pengarahan tentang serba-serbi menyusui dan perawatan bayi. Saya sangat beruntung mendapat pengarahan tersebut walaupun apa yang disampaikan suster sudah pernah saya baca di internet tapi mendengarnya lagi semakin memperkuat semangat saya untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tetap lanjut hingga 2 tahun.

Demikianlah pengalaman saya belajar memberikan ASI. Perjalanan masih panjang dan pasti akan banyak tantangan tapi dengan semangat dari diri sendiri dan dukungan dari sekitar, niat suci untuk memberikan ASI kepada anak saya pasti akan berhasil.

Beberapa hari berikutnya teman saya melahirkan juga. Setelah mengucapkan selamat hal selanjutnya yang saya tanyakan adalah apakah dia sudah berhasil menyusui. Betapa mengejutkan ternyata begitu lahir anaknya langsung diberikan susu formula karena ASInya belum ada keluar. Lalu saya membagikan pengetahuan dan pengalaman saya dan menyarankan agar dia terus mencoba menyusui walaupun belum keluar karena isapan anak tersebutlah yang merangsang produksi ASI. Tidak berapa lama dia memberi kabar keberhasilannya menyusui. Tapi perjalananya tidak mulus karena orang tuanya tetap mmberikan susu formula ketika si kecilnya menangis dan ibunya sedang di kamar mandi. Lebih parahnya lagi anaknya mulai menolak ASI dan lebih memilih susu formula.

Membandingkan pengalaman saya dan teman saya tersebut, berikut beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika akan melahirkan;
  • Bekalilah pengetahuan ibu tentang ASI. Sebaiknya membaca buku atau artikel diinternet. Ada banyak buku tentang ASI yang dijual. Jika membeli buku terlalu mahal, google sangat membantu untuk mencari artikel yang bagus untuk anda.
  • Carilah rumah sakit/bidan yang pro-menyusui. Yang bersedia melakukan IMD, boleh tidur bersama dengan bayi dan tidak langsung memberikan susu formula kepada bayi diawal kehidupannya. Bayi masih memiliki cadangan makanan yang cukup hingga 3 hari. Jadi walaupun ASI ibu belum keluar dihari pertama sebaiknya bayi jangan dikenalkan pada susu formula kecuali bayi tidak dalam keadaan normal dan ibunya tidak dalam kondisi yang mampu untuk menyusui.
  • Teruslah coba untuk menyusui walaupun sepertinya ASI belum keluar. Isapan bayi tersebut akan merangsang produksi ASI.
  • Beranilah menyatakan tidak pada tindakan-tindakan yang tidak mendukung pemberian ASI walaupun itu datang dari keluarga.
  • Yang utama adalah bersikap tenang dan percaya diri dengan tetap berdoa meminta pertolongan dari Tuhan.

ASI berada dalam paket persalinan. Jika wanita dipercaya memiliki anak maka menyusui adalah bagian dari kepercayaan tersebut. Hanya saja perlu usaha dan dukungan yang berkelanjutan agar proses menyusui dapat berlangsung dengan baik.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason