Seminggu di Bali Sungguh Aku Ingin Kembali Part I (Monumen Bom Bali, GWK & Uluwatu)

Mentari belum lagi bangun dari tidurnya, kami sudah bergegas menuju bandara dengan mobil travel seharga 120rb. Ini jauh lebih hemat dibandingkan taksi biru ataupun mobil online. Karena belum sarapan dari rumah, kamipun memanfaatkan fasilitas kartu kredit untuk nongkrong cantik sambil makan-makan. Nah, nongkrong cantik ini hanyalah angan-angan belaka. Persis di sebelah lounge tempat kami sarapan ada playground yang menggoda si bocah cilik kami. Baru saja mulai makan, dia sudah teriak-teriak "luncuran, luncuran, luncuran". Jadilah makan ala kadarnya dan selanjutnya jadi bodyguard cantik di playground sampai waktu boarding tiba.


Setelah terbang 2 jam, kami tiba di Bandung. Waktu transit hanyalah 40 menit tapi kami diminta untuk turun dari pesawat. Oh, mungkin pesawatnya beda, kami pikir. Tak apalah, sekalian beli makanan di bandara. Kamipun berjalan kaki dari pesawat menuju ruang tunggu yang jaraknya tidak dekat. Sambil berjalan, otakku sudah memikir-mikirkan makanan apa gerangan yang akan kami santap siang ini. Dinginnnya pesawat membuat cacing-cacing di perutku merengek minta makan. Belum lagi sampai di ruang tunggu, kami sudah disuruh masuk ke pesawat yang (ternyata) sama dengan pesawat kami sebelumnya. Yah, kami turun hanya untuk gerak jalan. Buru-buru bapak Etha mampir ke tenan roti papa membeli beberapa buah untuk makan siang kami di pesawat. Yang kemudian kami terkekeh-kekeh karena ternyata roti ini sangat mahal menurut ukuran kantong kami dan tidak juga membuat kenyang. Wkwkwkw.

Angin kencang menyambut kedatangan kami yang pertama kali di pulau seribu pura. Perjalanan yang telah lama diimpikan akhirnya terwujud, kaki ini akhirnya berjejak di Bali. Walaupun lelah dan lapar, kami melangkah mantap sambil menggeret koper (bapak etha) dan menggendong etha (aku) berjalan keluar bandara demi naik mobil online menuju hotel di Kuta dengan harga 28rb saja. Bandingkan dengan taksi resmi bandara seharga 100rb, yahhh berjalan dikit tak apalah.

Keramahan staf Sunset Hotel di Jalan Dewi Sri, Kuta dan welcome drink-segelas teh jahe hangat-melegakan keletihan kami. Kamipun beristirahat lelap dengan perut yang sudah terisi bakmi dari foudcourt dekat hotel. Bersiap untuk petualangan esok.


Tugu Peringatan Bom Bali
Ada banyak kisah indah yang terdengar dari setiap perjalanan di Pilau Dewata ini. Namun, sejarah tidak bisa begitu saja dilupakan bahwa pernah,  14 tahun yang lalu, di tempat ini, ratusan orang meninggal akibat ledakan yang disengaja oleh orang yang merasa berhak untuk mencabut nyawa sesamanya. Mengunjungi tempat ini, menurutku, adalah wajib jika anda berkunjung ke Bali. Walau hanya sebuah tugu tapi deretan nama-nama korban yang terukir disana menjadi peringatan bagi kita untuk saling menjaga dan mengasihi sesama manusia.

Selain keindahan alam dan kekayaan budayanya, yang ingin kunikmati di Bali adalah kulinernya. Babi ada dimana-mana. Bukan babi yang berkeliaran ya, tapi babi yang diguling dan disate. Hehehe. Dari hasil penelusuranku di mbah gugel, salah satu yang direkomendasikan adalah SBBP (Sate Babi Bawah Pohon). Ketepatan ini berada tidak jauh dari hotel. Bermodalkan Google Map (ini andalan kami selama di sana) dan sempat nyasar, kamipun sampai di bawah pohon yang dimaksud. Sate Babi+Nasi+Cabe Rawit+Garam, ini saja, tapi rasanya mantap. Kalau kesana, jangan lewatkan es buahnya. Buahnya banyak, tidak terlalu manis tapi gurih. Menurutku, passs!! 

Di depan patung Dewa Wisnu
 Kami selanjutnya menyusuri objek-objek wisata di daerah Kuta Selatan. Tempat pertama adalah GWK (Garuda Wisnu Kencana). Tadinya aku berpikir, tempat ini hanyalah untuk melihat patung besar yang tak kunjung selesai. Ternyata tidak! Ada banyak hal yang bisa dinikmati di tempat ini. Setelah berjalan mendaki dari parkiran menuju pintu masuk GWK, ada layanan tur gratis mengunjungi proyek GWK di antara bukit-bukit kapur yang terbelah. Jadi memang kawasan GWK ini belum rampung. Nantinya akan ada patung Dewa Wisnu menunggangi garuda di atas gedung. Tingginya diperkirakan mencapai 125 meter. Juga akan ada hotel, restoran, dan tempat-tempat hiburan lainnya. Dua tahun lagi diperkirakan selesai. Sekarang saja GWK sudah sangat menarik, apalagi nanti setelah proyek ini selesai ya.

Tarian Bali di GWK
Harga tiketnya 70rb/orang. Mahal ya!!!! Hihihi. Tapi dengan uang segini sudah bisa menikmati semua fasilitas yang ada di dalamnya. Seperti pertunjukan tari di ampiteater, pemutaran film animasi dan tentu saja puas bernarsis ria di depan patung Dewa Wisnu dan Garudanya. Tidak semua fasilitasnya kami nikmati. Setelah menonton pertunjukan tari, kami melanjutkan perjalanan ke Pura Uluwatu, inginnya sih menikmati sunset dan tari kecak disana. Oh iya, aku terkagum-kagum melihat kelihaian penari-penari itu mengerakan tangan dan kepalanya. Etha, yang biasanya tidak bisa duduk lama, terpekur diam menyaksikan mbok-mbok cantik ini menari hingga selesai.


Pura Uluwatu
Walau langit mendung, keindahan tebing yang langsung berbatas dengan laut ini tetap terpancar. Angin waktu itu juga sangat kencang, ada rasa was-was juga kalau-kalau pohonnya bertumbangan. Sambil menggendong Etha yang lagi tidur, kamipun menyusuri anak tangga hingga mencapai ujung, terus mengikuti jalan yang memutar yang ternyata berakhir di pintu keluar. Karena mendung, pastinya tak ada pemandangan sunset yang indah. Rencana menonton tari kecakpun batal karena perutku mulai sakit minta diisi. Perjalanan ke Kuta sekitar sejam lagi, tak ada pilihan lain, kamipun makan di salah satu warung yang berjejer disana. Namun keputusan ini tak disesali karena Babi Guling seharga 50rb seporsi yang dipesan bapak Etha luar biasa enak. Yang akhirnya kusimpulkan dari 3 kali menyantap menu yang sama selama di Bali, ini yang paling enak.

Ini hari pertama perjalanan kami, masih ada 5 hari lagi yang akan kuceritakan. Mudahan-mudahan waktu dan mood menulis terjaga, jadi perjalanan panjang ini bisa terekam, bukan hanya di pikiran yang sebentar bisa hilang, tapi juga dalam tulisan di blog ini yang kapan saja bisa kami baca dan syukur-syukur bisa bermanfaat bagi orang lain yang membacanya. :)

Perjalanan berikutnya bisa dibaca disini ;

Hari Kedua


Hari Ketiga


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason