Seminggu di Bali Sungguh Aku Ingin Kembali Part IV (Pantai Green Bowl & Pantai Pandawa)

Setengah tidur, setengah bangun aku mendengar bapak Etha bicara. "Besok kita ke Pantai Green Bowl aja ya. Tempatnya masih sepi. Cuma agak jauh turun ke bawah, 300 anak tangga". "Oke", jawabku enteng, lalu tertidur pulas.

Setelah sarapan di hotel kami pun berangkat. Karena tujuannnya main di pantai, jadi engga pakai mandi. Pantai Green Bowl berada searah dengan GWK, yaitu daerah Kuta Selatan. Setelah melewati Universitas Udayana, Green Bowl belok kiri sedangkan ke GWK belok ke kanan. Jalan menuju pantai ini cenderung sepi seperti hendak memasuki kawasan hutan. Saya sempat melihat patung GWK yang sedang dalam pembangunan itu dari jalan yang kami lintasi. Akses keluar-masuk proyek sepertinya dari jalan ini.


Monyet menyambut di jalan masuk Pantai Green Bowl
Kedatangan kami langsung disambut oleh barisan monyet-monyet kecil. Awalnya mereka berpencar nih, tapi ketika Bapak Etha bersiap jepret-jepret, mereka sontak berbaris. Tau aja mau difoto ya, gaesss!! Hihihi

Tangga menuju pantai
Langkah demi langkah pun dimulai, menuruni satu demi satu anak tangga di antara rimbunan pohon dan sapaan manis para monyet. Ternyata 300 anak tangga itu jauhnya minta ampun. Aku merasa seperti kembali ke masa kanak-kanak kala tinggal di dusun kecil di pedalaman Sumatera Utara. Menuruni jurang yang sudah dibentuk tanahnya menjadi anak tangga demi mencapai sungai untuk mandi dan mengambil air bersih. Tangga menuju pantai ini sudah permanen memang tapi di usia yang mulai sedikit tua, sambil menggendong Etha, perjalanan ini jelas bukan lagi menantang tapi menyusahkan. Kalau bukan melihat binar-binar semangat di wajah bapak Etha,  aku pasti sudah merengek minta pulang.

Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah keindahan, memang. Lelahpun seketika sirna saat melihat pantai yang bersih, sepi dan tenang. Serasa pantai pribadi.

Kamipun meletakkan barang-barang di bagian pantai yang sejuk dan tidak terjangkau ombak. Etha juga mulai bersiap dengan mainannya. Baru saja kami mulai asyik, tiba-tiba seekor monyet datang mendekat seperti hendak mengambil barang bawaan kami. Bapak Etha mencoba mengusir tapi si monyet malah mengangakan mulutnya hendak menerkam. Aku mulai ketakutan. Bagaimana jika monyet ini betul-betul menyerang. Jika kami melawan, kawanan monyet ini pasti datang menyerbu. Akupun langsung teriak' "Ayok kita balik aja, aku ga mau mati konyol di tempat yang sepi ini". Bapak Etha lalu mengambil biskuit dan melemparnya ke arah monyet tersebut, akhirnya dia bisa tenang sambil makan tanpa membagi ke teman-temannya. Kami kira masalah sudah selesai, setelah dia puas dengan biskuit tadi, dia mencoba mendekati kami lagi. Akhirnya, kami memutuskan pindah tempat yang lebih ramai dan jauh dari pepohonan.
Etha puas bermain pasir disini
Ternyata pantai ini ada guanya. Tapi sayangnya bagian dalam gua ini kotor, banyak botol-botol bekas minuman berserakan. Mungkin karena jaraknya jauh, pihak pengelola tidak rutin turun membersihkan. Uang masuknya juga cuma rb/orang. Jadi, kita pengunjunglah yang seharusnya sadar diri ya menjaga pantai ini tetap bersih. Ketika kami disana ada dua ibu-ibu yang berjualan minuman seperti aqua, bir dan air kelapa. Jadi tidak perlu kuatir bila kehausan. Di gua inilah kami menghabiskan waktu hingga siang dengan bermain pasir. Karena ombak yang cukup besar, kami tidak berani berenang. Setelah puas bermain, kamipun naik dengan ngos-ngosan.

Kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pandawa yang tidak jauh dari Green Bowl ini. Jadi ceritanya seharian kami berpantai ria. Di Pandawa inilah kami makan siang. Makananya standarlah dengan harga yang menurutku cukup murah dengan pertimbangan ini DTW. Santapan nasi ayam goreng dengan sayur lalap seharga 25k. Sekaligus juga kami memesan payung untuk leyeh-leyeh.

Senyummu, boru @ Pantai Pandawa

Badan sebesar itu bisa juga ya terangkat, hahaha @ Pantai Pandawa
Seperti cerita saya tentang Pantai Kuta disini, yang terlalu ramai dan sumpek sedangkan Pantai Green Bowl yang sepi dan sulit diakses maka Pantai Pandawa ada di tengah-tengah. Pantainya panjang, pasirnya lembut (tapi lebih lembut Kuta), airnya biru jernih, ombaknya tenang, jalan menuju pantai ini lebar dan masih baru. Jalannya membelah bukit kapur dan diatas bukit ini ada resor mewah, sudah banyak pedagang tapi tidak seramai Kuta.

Kami menghabiskan waktu hingga sore disini. Tidak bakalan bosan. Karena ada banyak hal yang bisa dilakukan. Kami mulai dari leyeh-leyeh (sewanya 50rb sampai puas), main pasir, berenang, naik kano (sampan kecil) sewanya 100rb/jam. Ada yang menarik ketika kami naik kano, Etha tiba-tiba jadi freeze. Entah karena takut atau takjub atau tidak nyaman dengan safety jacketnya. Sepanjang naik kano, dia tidak bergerak dan biacara hanya dua kali. Sayang, tidak sempat foto-foto ketika naik kano karena hape di dalam tas. Yang pasti kami puas nge-pantai hari itu.

Tiba di Pantai Pandawa

Sebelum pulang foto dulu disini

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason