Seminggu di Bali Sungguh Aku Ingin Kembali Part II (Sanur, DMZ dan Kuta)

Pagi bagiku biasanya bangun, saat teduh, cepat-cepat memasak untuk bekal makan siang bapak Etha, membuat jus dan buah potong untuk sarapan. Kalau Etha bangun sebelum ini semua beres, maka pekerjaan ini akan diwarnai suara riuh rengekan minta nenen, tang ting tung suara panci yang dimainin, ganti celana yang dipipisin, dan seterusnya dan seterusnya. Hehehehe.


Kala di Bali, walau jarak Pantai Sanur dari hotel lumayan jauh, kami mengambil satu hari berangkat pagi-pagi benar untuk menikmati pagi yang berbeda dari biasanya.

Menikmati Sunrise
 As morning dawns and evening fades

You inspire songs of praise

That rise from earth to touch Your heart and glorify Your Name


Ini adalah cuplikan lagu Your Name oleh Paul Baloche. Dulu sering kudengar dalam perjalanan di bus menuju kantor. Secara perlahan kegelapan malam sirna berganti pagi dengan sinar lembut mentari. Pujian kepada Pencipta patutlah dilantunkan bukan hanya untuk keindahan sunrisenya tapi matahari yang terbit juga berarti adanya hari baru, pengharapan baru dan semangat baru. 

Apalagi yang kurang bila kau punya pasir dan air Hahhaha. Happy Baby !!!

Pagi hari di Pantai Sanur
Pantainya sepi dan bersih. Airnya juga tenang jadi cocok untuk berenang. Beberapa pengunjung datang membawa serta anjingnya untuk sekedar berjalan-jalan di pasir. Ada trek khusus yang dibangun untuk jogging dan bersepeda. Ingin rasanya berlama-lama disini. Tapi perut lapar memaksa kami segera kembali ke hotel. Memang ada beberapa penjual nasi jinggo tapi rasanya sayang melewatkan sarapan di hotel. 

Berpose Macam-Macam di DMZ Bali

Siangnya, kami ke Museum 3D DMZ. Lokasinya di Kuta, dari Sunset Hotel cuma 5 menit. Kalau kesini mesti bawa kamera, tanpa kamera ya cuma lihat-lihat tembok sambil gigit jari. Bagi yang suka difoto dan memoto dengan berbagai pose ya tempat ini wajib dikunjungi. Bagi kami sih cukup sekalilah masuk ke tempat yang begini. Untuk memuaskan rasa penasaran saja dan biar kekinian. Dengan tiket 100rb/orang hanya untuk foto-foto berasa rugi. Wkwkwkwk

Main Pasir di Pantai Kuta
Nah, ke Bali belum lengkap kalau belum ke Pantai Kuta, ini kata-kata orang. Pantai Kuta memang menjadi ikon Pulau Bali. Pasirnya yang lembut surga bagi bule-bule untuk berjemur ria, ombaknya yang besar diminati para peselancar, di sekitar Pantai Kuta ada banyak hotel-hotel mulai dari yang seratus ribuan hingga jutaan. Ada juga mal besar kalau mau belanja-belanji barang-barang branded. 

Kami kesana sore hari sekitar jam 3 sore, panasnya masih menyengat. Alangkah terkejutnya kami melihat kondisi pantai ini. Baru saja kaki kami menginjak lembutnya pasir Pantai Kuta, para pelapak datang menyerbu. Persisi kayak di pajak Petisah.

"Payungnya, Bu"

"Pijat, Nak"

"Beli minum,Bu, bisa duduk sepuasnya"

Hoho, setiap jengkal pantai sudah terisi dengan payung-payung, kursi-kursi dan meja-meja pelapak. Pengunjung juga ramai luar biasa.  Berbus-bus anak-anak SMA dari Solo terdampar dengan kaos kuningnya. Mereka asik berfoto-foto, setiap kali ombak mendekat mereka serentak menjerit, awww awwww awwww sambil berlari-lari menjauhi pantai lalu kembali lagi kala air laut surut, lalu menjerit dan berlari lagi kala air pasang. Demikian seterusnya sampai loja. Hahahaha

Sebenarnya aku dan bapak Etha pinginnya cari pantai yang lain, yang lebih sepi. Tapi Etha sudah ingin sekali bermain pasir disini dengan beach setnya. Ya sudahlah, sebotol pocari sweat yang kecil seharga 15rb pun dibeli sebagai tiket duduk untukku, sementara Etha dan Bapaknya main pasir. Ya, main pasir diantara keramaian ABG-ABG itu. Nah, bule-bule disini, walaupun ramai dan hiruk pikuk, mereka santai saja tiduran di atas pasir, menantang sengatan matahari. Dengan beha dan kolor saja. :P

Kecewa dengan Pantai Kuta, dua hari kemudian kamipun pergi ke pantai yang betul-betul sepi. Karena postingan ini sudah cukup panjang, kisah kami di hidden beach dengan monyet-monyet nakal akan tayang di halaman yang berbeda. Hehehehe

Bagian pertama perjalanan kami ada disini ya dan selnajutnya ada disini


Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason