Adiksi & Minimalisme Digital

Kabar bahwa Steve Job, sebagai pendiri Apple, justru melarang anak-anaknya menggunakan Ipad sudah sering terdengar. Bukan hanya dia, banyak orang-orang yang besar di bidang teknologi malah membatasi diri dan anak-anaknya menggunakan produk teknologi. 

Mereka sadar teknologi tidak sepenuhnya memberi manfaat sehingga penggunaanya harus dibatasi. 

Teknologi terkini yang hampir setiap orang miliki adalah smartphone. Di dalamnya beragam aplikasi tersedia, baik yang memudahkan hidup maupun sebagai hiburan. 

Tentu saja kita tidak bisa memungkiri bahwa hidup ini banyak terbantu karena adanya berbagai aplikasi di hape. Tapi fakta lain juga bicara bahwa banyak orang kini kecanduan digital. 

Seseorang bisa disebut candu jika dia tidak bisa menyuruh dirinya berhenti dalam jangka waktu yang lama menyebabkan tugas-tugas lainnya terganggu. Dia juga akan merasa menderita ketika tidak menggunakannya. Ini terjadi karena sumber kesenangannya hilang. Dia akan mencari dan berupaya mendapatkan kembali kesenangan itu lewat berbagai cara. Dengan kata lain, dia telah diperbudak oleh impulsnya sendiri.  

Aplikasi-aplikasi sosial media memang dirancang agar kita kecanduan. Agar kita terus menerus memberi atensi ke aplikasi tersebut. Pemberitahuan dalam bentuk suara dan pesan pop up membuat atensi kita langsaung tertuju ke hape. Pada saat scrolling di halaman sosial media kita selalu disajikan hal-hal baru beserta iklan juga. Tak ada habisnya. Kita juga akan penasaran terus melihat sudah berapa jempol, komentar dan kalau-kalau ada yang membagikan kontent yang baru kita posting di medsos. Tanpa terasa waktu habis, atensi terkuras untuk hal-hal yang tidak perlu, energi juga habis, dan di akhir hari kita merasa bersalah dan menyesali betapa sia-sianya hari ini. 

Jika kita tidak mengatur stategi untuk berubah maka aplikasi-apalikasi itulah yang akan membentuk kebiasaan kita. Produk-produk digital adalah habit forming produk, dirancang agar kita terbiasa dan candu menggunakannya. 

Hanya mengandalkan kekuatan kehendak jelas tidak akan sanggup karena daya tarik produk digital ini sangat menggoda. Kita meniatkan hanya menonton satu video di youtube tapi di sebelahnya sudah hadir berderet video sejenis yang terlihat lebih menarik. 

Lalu stategi seperti apa yang mustinya dilakukan?

Puasa digital adalah salah satu cara mengurangi kecanduan. Jika kecanduannya parah bisa melakukan kamp selama satu bulan. Jadi selama 1 bulan semua aplikasi di hape di hapus daa kegiatan yang dilakukan sehari-hari adalah yang tidak melibatkan hape seperti berkegiatan di alam. 

Cara ini sangat membantu tapi tentu saja kita tidak bisa seterusnya lepas dari dunia digital. Setelah satu bulan kita kembali lagi ke kehidupan seperti biasa dan banyak aktivitas kita terkait digital seperti membaca berita, berbelanja, belajar, dst. 

Agar tidak terjerumus lagi ke dalam candu digital maka perlu melakukan decluttering digital. Decluttering maksudnya adalah menyingkirkan hal-hal yang tidak perlu dalam hidup kita. Kita musti memilah dan memilih mana yang benar-benar kita perlukan ataukah hanya sekadar ikut-ikutan teman. 

Decluttering digital tentu saja menyingkirkan aplikasi-aplikasi yang tidak penting. Bahkan disarankan agar sesekali semua aplikasi kecuali aplikasi yang kita gunakan sebagai mata pencaharian, dihapus agar kita sejenak bisa menyegarkan otak dan selanjutnya bisa memilah mana yang benar-benar penting. 

Setelah melakukan test candu digital aku mendapati berada di kecanduan ringan. Ya. Aku memang masih impulsif memeriksa hape tapi tidak sampai membuat aku tidur larut malam. Namun, sering-sering memeriksa hape membuat aku sulit fokus ketika menggarap tugas-tugasku. Aku jadi sulit mindful. Benar seperti yang dijelaskan Mbak Ellen di materi sebelumnya bahwa residu layar itu begitu kuat mengacaukan atensi kita. 

Jadi aku perlu membuat stategi agar tidak selalu menuruti impuls memeriksa hape. Caranya ya dengan menjauhkan hape dan memiliki jadwal memeriksanya. 

Narasi materi pelatihan Habit of Attention hari ke 9 & 10 oleh Ellen Kristi. 

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason