Rambu-rambu Multitasking

Seperti yang sudah dijelaskan di sini bahwa di dalam benak kita hilir mudik berbagai macam pikiran sehingga penting untuk selalu menetapkan tujuan agar kita bisa dengan cepat kembali memikirkan apa yang hendak kita capai. 

Sebagai seorang ibu rumah tangga yang seharian bergulat di antara tugas rumah tangga dan urusan anak seringkali seperti kekurangan waktu untuk duduk tenang untuk belajar. Namun, syukur di zaman digital ini ada media belajar berupa podcast atau youtube yang bisa didengar sambil mengerjakan tugas domestik. Kerjaan beres, keinginan untuk belajar hal-hal baru pun tercapai. Tapi apakah multitasking seperti ini selalu berhasil?

Otak kita memiliki kuota atensi. Tugas apapun yang kita kerjakan tentu saja membutuhkan atensi hanya saja kadarnya beda-beda. Semakin otomatis suatu tugas maka atensi yang diperlukan semakin sedikit. Seperti berjalan, mengunyah, bernapas, adalah kegiatan yang rutin dan otomatis bisa dilakukan tanpa harus berpikir panjang. Tapi berbicara mendalam, menulis, membaca butuh atensi lebih banyak. Kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan atensi banyak sebetulnya bisa dikerjakan berbarengan. Seperti mengunyah sambil berjalan, mendengar musik sambil menyapu rumah, bahkan menyetrika sambil mendengarkan podcast. Tetapi akan sulit melakukan pekerjaan membaca sekaligus menulis. 

Pada saat kita mengetik pesan di WA grup, lalu anak memanggil seringkali kita tidak mendengar. Ini terjadi karena atensi untuk mengetik pesan sangat besar sehingga sulit memperhatikan apa yang terjadi di sekitar. Maka, sangat berbahaya mengetik pesan sambil menyetir. Seberapa lihai pun menyetir, jika disambi dengan kegiatan yang menguras atensi akan menimbulkan resiko yang sangat besar. Jadi, jika atensi masih memadai tidak masalah sebetulnya multitasking itu. 

Rentang atensi kita juga sangat terbatas. Apalagi jika kita mengerjakan tugas yang jauh lebih sulit melampaui kemampuan yang kita miliki. Namun, terlalu mudah pun tugas tersebut kita juga akan merasa bosan. Yang tepat adalah kita menggarap tugas yang sesuai tingkat kesulitannya dengan kemampuan kita. Di sinilah kita sedang berada dalam fase belajar. Kita dipenuhi rasa ingin tahu dan terpuaskan karena berhasil menggarap keingintahuan tersebut. 

Jika kita merasa jenuh atau bosan bisa jadi kegiatan yang kita lakukan terlalu rutin dan mudah. Tantangan baru perlu dihadirkan. Tetapi jika kita merasa kelelahan, cemas, panik bisa saja kegiatan yang kita lakukan terlalu banyak dan sulit. Perlu memeriksa kembali to do list, dan menetapkan prioritas. 

Karena kita adalah pribadi utuh, menjaga atensi supaya optimal butuh dukungan kondisi fisik yang prima, emosi yang terkendali dan jiwa yang tenang. Tidur yang cukup, diet sehat dan olahraga teratur, memiliki hubungan yang hangat dengan keluarga dan relasi yang intim dengan Tuhan harus terus dijaga. 

Narasi materi pelatihan Habit of Attention oleh Ellen Kristi Hari-4. 

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Akademis ala Charlotte Mason